Minggu, 19 Februari 2017

Asal-Usul Minuman Cendol

Cendol atau Dawet Ayu sangat populer di Asia Tenggara, dan di Indonesia merupakan minuman yang umum karena disiang hari hampir kita selalu kita melihat penjual cendol dijalanan. Es Cendol juga populer ketika akan memasuki bulan puasa sebagai menu kuliner pembuka puasa. Pernahkan anda mencobanya? Atau anda adalah pecinta jajanan dingin yang satu ini? Mari kita simak ulasan berikut agar menambah ilmu pengetahuan kita tentang kekayaan Indonesia.
Cendol merupakan makanan tradisional yang berasal dari Asia Tenggara yang masih populer di Indonesia , Malaysia , Singapura, Vietnam, Filipina dan Thailand Selatan. Di Singapura, minuman ini dinamakan lortchorng. Cendol merupakan minuman khas Indonesia, lebih tepatnya dari Banjarnegara yang terbuat dari tepung beras dan disajikan dengan es parut serta gula merah cair dan santan. Minuman khas Banjarnegara ini lezat serta segar dan cocok diminum pada saat cuaca panas, minuman ini lebih nikmat disajikan dingin. Dawet Banjarnegara menjadi terkenal karena pada awalnya dari lagu yang diciptakan seniman Banjarnegara bernama Bono berjudul ”Dawet Ayu Banjarnegara”. Pada tahun 1980an, lagu tersebut dipopulerkan kembali oleh Grup Seni Calung dan Lawak Banyumas Peang Penjol yang terkenal di Karesidenan Banyumas pada era 1970-1980an. Selain soal kemunculan nama dawet ayu, Ahmad Tohari mengatakan berdasarkan tutur turun-temurun, ada sebuah keluarga yang berjualan dawet sejak awal adab ke-20. Generasi ketiga pedagang itu terkenal karena cantik. Maka, dawet yang dijual pun disebut orang sebagai dawet ayu.


Di Sunda cendol/dawet dibuat dengan cara mengayak kukusan tepung beras yang diwarnai daun suji dengan ayakan sehingga diperoleh bentuk bulat lonjong yang lancip di ujungnya. Orang Sunda yang minum cendol disebut nyendol. Minuman ini biasanya disajikan sebagai pencuci mulut atau sebagai makanan selingan. Sesuai disajikan disiang hari. Jika anda tertarik, anda bisa mencoba minuman ini yang sudah banyak penjualnya dari mulai di pasar-pasar tradisional hingga di resto-resto Indonesia. Untuk itu, sebagai warga Negara Indonesia kita patut berbangga akan kebudayaan dan keaneka ragaman kulinernya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar